Banyak orang tua bingung menghadapi anak , terutama anak yang menginjak remaja, alias ABG ( Anak Baru Gede). Bahkan banyak juga kita dapati anak berumur 17 tahun tetapi perilaku nya seperti anak SD secara mental, kedewasaan dan kemandiriannya sangat rendah.
Ada 5 langkah penting bagi ortu untuk mencetak ramaja sukses di kemudian hari, yang berkepribadian baik, mandiri , tangguh, sholeh dan bertanggungjawab. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :
Pertama, niat kuat orang tua
Modal dasar pertama adalah niat kiat orang tua untuk merubah perilaku anak yang buruk. Tidak ada kata terlambat, mulai sekarang kuatkan niat kita untuk sungguh-sungguh ingin merubah perilaku anak menjadi baik, tanggung jawab, sholeh dan sholehah. Prinsipnya adalah perubahan secara alamiyah itu harus lewat tangan kita. Dan kita harus berprinsip, bahwa Allah tidak akan merubah suatu kaum sebelum kaum itu merubahnya.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri,” (QS. Ar-Ra’d:11).
Perilaku anak buruk itu biasanya karena banyak faktor, diantaranya kecanduan game, android, kecil banyak dimanja, penakut, ingin sesuatu instan, pengaruh kritis lewat medsos yang tidak terkontrol, pengaruh perilaku buruk pada keluarga dan pengaruh lingkungan tempat tinggalnya.
Oleh karena itu sekali lagi, kuatkan niat, yakin bahwa dengan perjuangan dan doa orang tua, perilaku anak itu akan bisa berubah. Lantas apa yang harus kita lakukan selanjutnya?
Kedua, Tidak boleh marah.
Ortu yang pemarah akan menjauhkan hubungan anak dengan orang tua. Maka latihlah orang tua untuk mampu meredam marah. Bukankah Allah SWT memerintahkan kita untuk menahan amarah. Jika anak melakukan kesalahan, jangan fokus pada kesalahan dan kelemahan anak, tapi fokus pada kelebihannya, sehingga tetap jaga hatinya agar tidak marah. Senantiasa doakan anak.
Suatu saat kita temukan, anak ditegur marah, mengapa? karena orang tua sedikit-sedikit marah dan tidak dekat dengan anak. Maka kewajiban orang tua harus mencoba deket dengan anak, dan jauhi sifat marah.
Pada kasus lain, anak susah dibangunkan untuk sekolah. Maka sesekali jangan dibangunkan ( kecuali untuk sholat) , dan biarkan anak melihat dampak dari perbuatannya yang tidak bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri. Lalukan nasehat yang halus, pendekatan dan jangan sekali-sekali marah.
“Ingat bahwa perilaku buruk anak itu tidak sepenuhnya kesalahan anak. Kasihan anak tersebut. Tapi koreksilah diri kita, boleh jadi anak nakal itu adalah hasil cetak orang tua kita selama ini. Koreksilah mulai dari ortu, bertaubatlah …”.
Jika kita masih hobi marah menghadapi anak, perhatikan sabda Rasulullah SAW :
, لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيْدُ الَّذِيْ يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ.
Orang yang kuat itu bukanlah yang pandai bergulat, tetapi orang yang kuat ialah orang yang dapat mengendalikan dirinya ketika marah.
Juga dengan firman-Nya Ta’ala:
وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ …
Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan. [Ali ‘Imrân/3 : 134].
Ketiga, Ambil hatinya Anak.
Bagaimana cara mengambil hati anak? Yang pertama adalah jadilah mentor pribadi untuk anak kita, dan yang kedua, jadilah sahabat terdekat anak kita. Mentor, artinya mengarahkan dan mengajak berfikir anak. Mengarahkan untuk ke arah yang lebih baik. Terus Menggali potensi dan mengarahkan ke arah yang lebih baik.
Contoh Kasus, anak ditanya tidak menjawab secara lengkap dan acuh, berarti ortu tidak mempunyai kemampuan menggali anak, bisa jadi karena anak jauh secara rasa dengan orang tua. Oleh karena itu pada ortu wajib menjadikan dirinya “sahabat” atas anak-anaknya. Barengi anak pada kesukaan dan hobbinya yang baik yang bisa nyaman, misal main bareng, dengerkan lagu bareng dan sebagainya. Bisa juga panggil anak dengan sebuatan yang gaul, panggil saja gus, bro, sayang, cah bagus, dll yang dia enjoy mendengarkannya.
Jika ortu sudah dekat dan bisa mengambil hati anak, maka barulah kita bisa gali keinginan, cita-cita dan saat itupula kita arahkan. Disinilah titik awal yang tepat ortu sebagai mentor. mulailah gali anak dari visi dan misi hidupnya. Misal anak ingin jadi orang terkenal. tanyakan seperti siapa? kalau kaya memang untuk apa hartanya? Bagaimana nanti kalau kaya trus lupa sholat? ibadah dan seperusnya. Dari situ ada arahan sebagai mentor. Orang tua haruslah jadi mentor , yang mengarahkan anak tidak hanya sukses dunia tapi punya visi misi hidup untuk akhirat.
Dari point ketiga juga ortu mulai ajari anak mandiri. Untuk bisa cepat mandiri, anak jangan terus-terusan ditolong, sedang anak sebenarnya mampu mengerjakannya. Anak diajari berfikir tidak doktrin, anak diberi pengertian bukan diperintah, atau anak diberi pemikirannya dibangun agar jalan sendiri tanpa komando. Kesadaran itulah akhirnya yang mendorongnya bukan perintah ortu. Kemandirian itu harus dibangun sejak anak mulai melakukan sesuatu, misalnya jika anak sudah bisa makan sendiri jangan disuapi. betuk khan?
Keempatan, mengasah bakat dan kemampuan anak.
Fokuskan aktivitasnya pada bakat atau kemampuannya. Sehingga anak beraktivitas sesuai dengan passion. Namun bakat hanya batu loncatan pertama saja. bukan segalanya. Dari bakat dan kesenangan itu , anak akan melakukannya dengan sukarela dan bersungguh-sungguh. Nah dari sinilah sukses anak sudah 50% ada ditangannya.
Kelima, Jika sudah mempunyai kemampuan, segera action,
Segera kasih tanggung jawab aktivitas atau pekerjaan sesuai dengan bakat yang ada. Carikan komunitas yang baik sesuai selera dan bakatnya, agar anak terus meningkat bakat dan kemampuannya. Hal ini akan menjadikan anak akan cepat berkembang , dewasa berfikirnya, bertanggungjawab dan siap menghadapi dunia kerja jika sudah pada saatnya. Lebih dari itu anak akan bisa bertanggungjawab terhadap diri sendiri dan bertanggungjawab dihadapan Allah.
Semoga kita termasuk hamba yang dimampukan Allah membimbing anak-anak kita, menjadi akan yang sholeh dan sholehah, bertanggungjawab dan sukses dunia akhirat. Aamiin. Semoga tulisan ini bermanfaat. Allahu a’lam bi ash-showab. Arif AL Qondaly